Bambu Ireng, Sosok Gaib Penunggu Danau Sunter
SUNTER – Angin bertiup kencang pada siang itu, dan sedikit “menggelombangkan” tenangnya genangan air di danau yang terletak di perbatasan wilayah utara dan pusat Jakarta itu. Awan mendung yang kini menyelimuti warga ibu kota semakin mempertegas kesan angker yang selama ini melekat pada Danau Sunter di Jakarta Utara. Pun demikian terdengar beberapa kali kabar tentang adanya penemuan mayat manusia di danau tersebut.
Kesan inilah yang didapat Infonitas ketika mengunjungi Danau Sunter yang berseberangan dengan permukiman warga RT 22/RW 1, Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Tenangnya permukaan air danau rupanya tak setenang kisah yang kerap menyelimuti Danau Sunter dalam kesehariannya. Adalah Sadam (26), warga dekat Danau Sunter ini mengaku seringkali mengalami peristiwa di luar nalar.
"Pernah dijadikan tempat pembuangan mayat sehabis dibunuh. Pernah juga melihat metromini tercebur danau tanpa sebab, hingga adanya beberapa warga yang mengalami kesurupan," cerita Sadam yang mencoba mengenang kembali peristiwa mengerikan tersebut.
Demi mengatasi rasa penasaran, Infonitas kemudian mencoba menyelisik lebih jauh ihwal cerita Sadam tadi. Kemudian, Infonitas diantarkan ke sebuah rumah yang dihuni oleh seorang kakek bernama Abah Uloh.
Abah Uloh tinggal di sebuah rumah kecil di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat. Dia sesepuh di tempat tinggalnya, dan merupakan juru kunci Danau Sunter 1. Abah menceritakan pernah mengobati beberapa warga yang kesurupan.
Kepada orang yang kesurupan itu, Abah Uloh pernah bertanya, kenapa mengganggu manusia. Lantas orang yang kerasukan itu menjawab, “Manusia tidak peduli dengan lingkungan”. Lantas, Abah Uloh bertanya namanya. Dia menjawab, “Saya Bambu Ireng penguasa Danau Sunter 1.” Percakapan Abah Uloh dengan makhluk gaib ini terjadi beberapa tahun silam.
Abah uloh mengaku tidak asing dengan sosok makhluk astral bernama Bambu Ireng. Melalui penglihatan batin Abah Uloh, sosok Bambu Ireng memiliki istana yang megah bak kerajaan di Danau Sunter 1.
“Di tengah Danau Sunter 1 itu terdapat sebuah pulau kecil. Oleh warga biasanya dikenal sebagai istananya Bambu Ireng. Dia hanya ingin manusia bersikap ramah pada alam,” tutur Abah Uloh.
Danau Sunter 1 tidak hanya dihuni Bambu Ireng. Abah Uloh juga melihat banyak sosok makhluk halus berjenis perempuan. “Tapi, setiap kali saya bertanya siapa namanya, mereka tidak mau menjawab,” kisahnya.
Cerita misteri di danau seluas 25,9 hektare ini juga dialami Ramdoni. Dia petugas penanggung jawab gedung pompa air Danau Sunter 1. Kisah Ramdoni, pulau yang juga menjadi saksi bisu adanya mercusuar bandara Kemayoran itu sering disambangi warga yang ingin meminta nomor judi kode butut.
“Dulu sempat ramai banyak orang datang untuk dapat nomor togel. Ada yang datang dari Bogor, Bandung, Sukabumi, Cimahi,” kenang Ramdoni.
Rasa penasaran masih bergelayut. Infonitas kemudian bertemu dengan Sodikin (53), salah satu tokoh masyarakat di RT 22/RW 1, Sunter Jaya, Tanjuk Priok, Jakarta Utara. Benar saja. Sodikin mengajak Infonitas ke pulau Danau Sunter 1 dengan menggunakan perahu kecil. Setibanya di pulau itu, pria kelahiran Indramayu Jawa Barat ini langsung mengajak berkeliling.
Sekitar 10 meter dari bibir danau, Infonitas melihat adanya bekas pemancar pesawat yang sudah tidak bertiang. Adapun posisinya dari tiang yang berjumlah dua buah itu hanya berbekas beton yang tampak di bagian bawah. Sementara, tujuh tiang beton lainnya berukuran kurang lebih 4 meter masih tampak gagah berdiri.
Menurut cerita Sodikin, tiang pemancar serta beton-beton tersebut merupakan bagian dari pemancar serta lampu sorot penanda adanya bandara di kawasan Kemayoran."Tinggi tiangnya 8 meter, di atasnya berbentuk kotak, tiangnya juga saya yang robohin kemarin, supaya lebih terang aja," paparnya.
Kembali ke cerita awal. Sekitar tahun 1970, kata Sodikin, danau yang dulunya dikenal sebagai daerah rawa-rawa itu memang lokasi paling angker. Sebab, saat Sodikin masih kecil, dia pernah mengalami kejadian aneh.
"Tahun 1972, saat saya dan teman-teman berenang, tiba-tiba saya merasa menginjak makhluk aneh yang berasa licin. Sampai-sampai badan saya terangkat ke permukaan. Semenjak saat itu, saya tidak berani berenang lagi,” cerita Sodikin.
Pada kala itu, Sodikin juga kerap mengantar orang yang ingin meminta nomor judi togel di tempat angker itu. "Paling banyak dari luar kota, biasanya mereka minta nomor ke pohon-pohon. Sekitar tahun 1997 akhirnya saya putuskan untuk menebang pohonnya, supaya enggak ada lagi yang minta-minta nomor terus, akhirnya saya tanami pohon pisang dan singkong," bebernya.
Mereka yang meminta nomor biasanya suka memberi janji usai melakukan ritual. "Kan mereka berangkat sore pulang pagi, katanya kalau berhasil akan balik lagi, tapi semua yang ritual tidak pernah balik lagi," tukasnya.
Mengingat pengalamanya selama di pulau Danau Sunter 1, Sodikin pun sering mendapat berbagai cerita dari warga sekitar. Sebagai orang kepercayaan, dia hanya bisa mendengarkan tanpa melakukan upaya penelusuran ataupun pembuktian.
"Kata mereka sih di sini sering muncul ari-ari bayi raksasa, selain itu pulau ini juga diyakini sebagi istananya Mariam (Simanis Jembatan Ancol), tapi saya enggak mau menelusurinya," pungkas Sodikin, mengakhiri ceritanya.
Kesan inilah yang didapat Infonitas ketika mengunjungi Danau Sunter yang berseberangan dengan permukiman warga RT 22/RW 1, Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Tenangnya permukaan air danau rupanya tak setenang kisah yang kerap menyelimuti Danau Sunter dalam kesehariannya. Adalah Sadam (26), warga dekat Danau Sunter ini mengaku seringkali mengalami peristiwa di luar nalar.
"Pernah dijadikan tempat pembuangan mayat sehabis dibunuh. Pernah juga melihat metromini tercebur danau tanpa sebab, hingga adanya beberapa warga yang mengalami kesurupan," cerita Sadam yang mencoba mengenang kembali peristiwa mengerikan tersebut.
Demi mengatasi rasa penasaran, Infonitas kemudian mencoba menyelisik lebih jauh ihwal cerita Sadam tadi. Kemudian, Infonitas diantarkan ke sebuah rumah yang dihuni oleh seorang kakek bernama Abah Uloh.
Sekitar 10 meter dari bibir danau, Infonitas melihat adanya bekas pemancar pesawat yang sudah tidak bertiang. Adapun posisinya dari tiang yang berjumlah dua buah itu hanya berbekas beton yang tampak di bagian bawah. Sementara, tujuh tiang beton lainnya berukuran kurang lebih 4 meter masih tampak gagah berdiri.
Menurut cerita Sodikin, tiang pemancar serta beton-beton tersebut merupakan bagian dari pemancar serta lampu sorot penanda adanya bandara di kawasan Kemayoran."Tinggi tiangnya 8 meter, di atasnya berbentuk kotak, tiangnya juga saya yang robohin kemarin, supaya lebih terang aja," paparnya.
"Tahun 1972, saat saya dan teman-teman berenang, tiba-tiba saya merasa menginjak makhluk aneh yang berasa licin. Sampai-sampai badan saya terangkat ke permukaan. Semenjak saat itu, saya tidak berani berenang lagi,” cerita Sodikin.
Mereka yang meminta nomor biasanya suka memberi janji usai melakukan ritual. "Kan mereka berangkat sore pulang pagi, katanya kalau berhasil akan balik lagi, tapi semua yang ritual tidak pernah balik lagi," tukasnya.
Mengingat pengalamanya selama di pulau Danau Sunter 1, Sodikin pun sering mendapat berbagai cerita dari warga sekitar. Sebagai orang kepercayaan, dia hanya bisa mendengarkan tanpa melakukan upaya penelusuran ataupun pembuktian.
"Kata mereka sih di sini sering muncul ari-ari bayi raksasa, selain itu pulau ini juga diyakini sebagi istananya Mariam (Simanis Jembatan Ancol), tapi saya enggak mau menelusurinya," pungkas Sodikin, mengakhiri ceritanya.